Novel Hujan Bulan Juni merupakan karya sastrawan alm.Sapardi Djoko Damono. Novel ini berawal dari puisi dengan judul yang sama yang sangat melegenda, baik di kalangan anak-anak sekolah maupaun masyarakat umum karena rasa-rasanya tidak ada yang tidak tahu puisi tersebut. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015 dan hingga kini sudah cetakan ke dua puluh dua. Novel dengan tebal sekitar 135 halaman ini memiliki sampul depan bertuliskan judul novel yang luntur karena titik-titik air hujan serta bagian belakang terdapat blurb yang ditulis membentuk payung (sampul cetakan ke dua puluh dua).
Novel hujan bulan juni ini
menceritakan kisah asmara antara Sarwono, lelaki keturunan Jawa tulen dengan
Pingkan, perempuan keturunan Manado dan Jawa. Sarwono yang merupakan dosen
Antropolog di sebuah Universitas bertemu dengan Pingkan, dosen muda Jepang di
Universitas yang sama, yang tak lain adalah adik sahabatnya, Toar. Karena
keduanya sering bertemu, mulai tumbuhlah perasaan yang menggelitik dada,
keduanya sadar akan perasaan sayang itu namun ditunjukkan dengan cara yang
berbeda. Kisah percintaan mereka penuh dengan liku bak kisah-kisah cinta
seperti pada cerpen, novel atau film pada kebanyakan. Namun, alm Pak
Sapardi mengemasnya secara apik dengan bahasa yang sangat sastrawan sekali,
dipenuhi ungkapan dan peribahasa yang menggambarkan keadaan dan situasi yang dialami
oleh para tokoh.Terdapat banyak perbedaan mulai dari perbedaan latar belakang suku dan
agama. Bahkan orang tua Pingkan berusaha membujuk Pingkan untuk tidak
melanjutkan hubungannya dengan Sarwono dan menjodohkan Pingkan dengan Katsuo,
lelaki Jepang yang menyukai Pingkan.
Hubungan keduanya juga
sempat terhalang jarak alias LDR, dimana Pingkan harus ke Jepang demi
melanjutkan studinya. Katsuo, lelaki yang menyukai Pingkan juga akan menjadi
salah satu dosen yang mengajar Pingkan, yang membuat Sarwono kerap kali cemburu
dan berpikir yang tidak-tidak. Namun, sebelum Pingkan ke Jepang, Sarwono sudah
mulai mendapat lampu hijau dari calon mertuanya itu saat Pingkan dan Sarwono
datang ke Manado. Hingga akhir cerita, Pingkan yang masih di Jepang, tiba-tiba
mendapat pesan darurat dari kakaknya Toar agar pulang ke Indonesia segera
karena Sarwono sedang mendapat perawatan intensif di rumah sakit karena ada
flek di paru-parunya. Segera Pingkan tiba dan di rumah sakit tempat dirawat Sarwono.
Akhir cerita pada novel
ini masih belum jelas, tentu saja karena novel ini adalah trilogi, maka pembaca
diharuskan untuk merampungkan sekuel novel ini agar tahu bagaimana akhir kisah
Sarwono dan Pingkan. Novel kedua dari Hujan Bulan Juni ini adalah Pingkan
Melipat Jarak dan novel ketiga berjudul Yang Fana adalah Waktu.