Kamis, 02 Desember 2021

Sinopsis Novel Hujan Bulan Juni

         Novel Hujan Bulan Juni merupakan karya sastrawan alm.Sapardi Djoko Damono. Novel ini berawal dari puisi dengan judul yang sama yang sangat melegenda, baik di kalangan anak-anak sekolah maupaun masyarakat umum karena rasa-rasanya tidak ada yang tidak tahu puisi tersebut. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015 dan hingga kini sudah cetakan ke dua puluh dua. Novel dengan tebal sekitar 135 halaman ini memiliki sampul depan bertuliskan judul novel yang luntur karena titik-titik air hujan serta bagian belakang terdapat blurb yang ditulis membentuk payung (sampul cetakan ke dua puluh dua).


(sampul depan buku)

Novel hujan bulan juni ini menceritakan kisah asmara antara Sarwono, lelaki keturunan Jawa tulen dengan Pingkan, perempuan keturunan Manado dan Jawa. Sarwono yang merupakan dosen Antropolog di sebuah Universitas bertemu dengan Pingkan, dosen muda Jepang di Universitas yang sama, yang tak lain adalah adik sahabatnya, Toar. Karena keduanya sering bertemu, mulai tumbuhlah perasaan yang menggelitik dada, keduanya sadar akan perasaan sayang itu namun ditunjukkan dengan cara yang berbeda. Kisah percintaan mereka penuh dengan liku bak kisah-kisah cinta seperti pada cerpen, novel atau film pada kebanyakan. Namun, alm Pak Sapardi mengemasnya secara apik dengan bahasa yang sangat sastrawan sekali, dipenuhi ungkapan dan peribahasa yang menggambarkan keadaan dan situasi yang dialami oleh para tokoh.Terdapat banyak perbedaan mulai dari perbedaan latar belakang suku dan agama. Bahkan orang tua Pingkan berusaha membujuk Pingkan untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Sarwono dan menjodohkan Pingkan dengan Katsuo, lelaki Jepang yang menyukai Pingkan.

Hubungan keduanya juga sempat terhalang jarak alias LDR, dimana Pingkan harus ke Jepang demi melanjutkan studinya. Katsuo, lelaki yang menyukai Pingkan juga akan menjadi salah satu dosen yang mengajar Pingkan, yang membuat Sarwono kerap kali cemburu dan berpikir yang tidak-tidak. Namun, sebelum Pingkan ke Jepang, Sarwono sudah mulai mendapat lampu hijau dari calon mertuanya itu saat Pingkan dan Sarwono datang ke Manado. Hingga akhir cerita, Pingkan yang masih di Jepang, tiba-tiba mendapat pesan darurat dari kakaknya Toar agar pulang ke Indonesia segera karena Sarwono sedang mendapat perawatan intensif di rumah sakit karena ada flek di paru-parunya. Segera Pingkan tiba dan di rumah sakit tempat dirawat Sarwono.

Akhir cerita pada novel ini masih belum jelas, tentu saja karena novel ini adalah trilogi, maka pembaca diharuskan untuk merampungkan sekuel novel ini agar tahu bagaimana akhir kisah Sarwono dan Pingkan. Novel kedua dari Hujan Bulan Juni ini adalah Pingkan Melipat Jarak dan novel ketiga berjudul Yang Fana adalah Waktu.   

Selasa, 05 Oktober 2021

Review Buku Tidak di Ka’bah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan, TUHAN ADA DI HATIMU

 

Buku bergenre religi ini ditulis oleh Habib Husein Ja’far Al-Hadar, beliau adalah seorang Habib alias keturunan Nabi SAW. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Noura Books dan dicetak pertama kali pada Juli 2020. Hingga saat ini buku ini sudah mengalami cetakan ke-7. Buku dengan tebal sekitar 208 halaman ini memiliki warna sampul biru dimana pada bagian depan terlihat buah telapak tangan yang seperti sedang menggenggam bola (seperti ketika Naruto sedang mempelajari Rasengan) dengan tulisan TUHAN ADA DI HATIMU di tengah lingkaran bola tersebut.


(sampul depan cetakan ke-7)

Buku ini terdiri atas 4 bab, yaitu “Hijrah”, “Islam itu Bijak, Bukan Bajak”, “Akhlak Islam”, dan “Nada, Canda dan Tawa”. Pada bab pertama, berisi mengenai pandangan awam makna sesungguhnya hijrah yang banyak melekat pada muslim kebanyakan. Bahwasanya hijrah itu tidak harus berpakaian gamis, celana cingkrang, berjenggot, bercadar, bicara dengan kearab-araban, melainkan hijrah yang sesungguhnya adalah niatan taubat dari hati yang terdalam.

Minimal ada 4 aspek yang harus dilakukan ketika berkomitmen untuk hijrah, yaitu aspek spiritual/sufistik-tasawuf, aspek kultural, aspek filosofis, dan aspek sosial. Jangan sampai hijrah namun seperti kelompok kawarij yang memiliki cirri menempatkan politik di atas kemanusiaan, gemar mengkafirkan orang lain, fanatik terhadap apa yang mereka anggap benar dan mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.

Kemudian, pada bab 2, banyak membahas mengenai hablum minannas yaitu hubungan antar sesama manusia, tidak hanya sesama muslim. Hak dan kewajiban sesama umat muslin dan semua orang serta kepada Tuhan harus seimbang, lebih bijak dalam menghadapi semua persoalan. Pada bab 3, membahas mengenai akhlak islam yang hidup pada jaman sekarang ini. Karena jika hanya berdasarkan pada sunnah Nabi, mengikuti perilaku Nabi pada saat Nabi masih hidup, tentu saja perilaku beliau tidak bisa ditiru sama persis dengan perilaku di jaman sekarang. Dalam bab ini banyak membahas kejadian di sekitar kita seperti pernah viral sebelumnya mengenai larangan membunyikan speaker masjid.

Pada bab 4, banyak membahas mengenai hukum musik dalam islam. Banyak yang mengatakan haram, namun jika musik itu membawa ketenangan hati, menciptakan ide/inspirasi, dan tentu saja membawa kebaikan, maka sah-sah saja kita mendengarkan musik. Kemudian, juga membahas mengenai media dakwah di jaman sekarang ini yang serba digital dan di masa pandemi. Dakwah bisa disampaikan melalui konten-konten youtube, stand up comedy, bisa juga dari film dan sebagainya disesuaikan dengan sasaran dan jaman.  

Buku ini sangat cocok bagi pemula atau siapapun yang sedang belajar lebih mengenai Islam ataupun menjadi muslim. Cocok dibaca kawula muda karena bahasa yang digunakan jelas, mudah dipahami, tepat sasaran, dan isinya membahas kejadian-kejadian maupun mindset yang keliru namun dianggap benar. Buku ini juga menuntun bagaimana menjadi umat muslim yang sejati.  

Minggu, 19 September 2021

Sinopsis Buku Orang-Orang Bloomington

         Buku  Orang-Orang Bloomington merupakan buku kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Budi Darma. Buku ini terdiri atas 7 cerpen yang semuanya berlatar dan menceritakan kisah di Bloomington, Amerika Serikat. Buku Orang-Orang Bloomington ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1980 oleh Penerbit Sinar Harapan, kemudian dicetak ulang pada tahun 2016 dan 2021 oleh Penerbit Noura. Buku ini memiliki tebal sekitar 330 halaman dengan sampul depan berwarna abu gelap seperti suasana malam hari dengan bagian bawahnya terlihat hutan beton yang menggambarkan kota Bloomington. Melalui Buku ini Budi Darma berhasil menyabet penghargaan S.E.A Write Award 1984 dari Pemerintah Thailand.



Buku Orang-Orang Bloomington ini terdiri atas 7 cerpen diantaranya “Laki-Laki Tua Tanpa Nama”, “Joshua Karabish”, “Keluarga M”, “Orez”, “Yorrick”, “Ny.Elberthart” dan terakhir adalah “Charles Lebourne”. Sesuai dengan judul buku ini, ketujuh cerpen yang ada di buku ini berlatar di Kota Bloomington, AS dan setting waktu pada tahun 1979. Cerpen-cerpen yang disajikan dalam buku ini menggunakan sudut pandang pertama tunggal, yaitu Aku, sehingga membuat pembaca seolah-olah ikut berperan dalam kisah yang diceritakan. Cerita dalam buku kumpulan cerpen ini menceritakan tentang hubungan sosial yang dialami oleh tokoh Aku dan orang-orang dan lingkungan sekitar di Bloomington.

“Laki-Laki Tua Tanpa Nama”

Berlatar di Jalan Fess yang hanya dihuni oleh 3 orang saja, yaitu Ny.MacMillan, Ny.Nolan dan Ny.Casper yang semuanya adalah janda. Dimana tokoh Aku menyewa loteng Ny.MacMillan. Ketiga tetangga itu berhubungan dengan baik dengan tidak memperdulikan satu sama lain dan berbicara hanya jika ada yang penting saja. Kehidupan berjalan normal hingga ada seoang lelaki tua yang menyewa loteng Ny.Casper. Laki-laki tua itu sering terlihat aneh dengan menodong-nodongkan pistol dari jendela kamarnya dan juga kepada orang-orang yang berpasasan dengannya di jalan. Berdasarkan ceritanya, ia adalah mantan perwira. Diakhir cerita, laki-laki tua itu dan Ny.Casper ditemukan berlumuran darah di pinggir jalan dengan Ny.Nolan yang mengaku telah membunuh Laki-laki tua itu dengan alibi untuk menyelamatkan Ny.Casper.

“Joshua Karabish”

Cerpen ini menceritakan kisah persahabatan antara tokoh Aku dengan Joshua Karabish, Mahasiswa di Bloomington yang berbagi kamar loteng di rumah Ny.Seifert. Joshua ini memiliki penyakit aneh, suka menyendiri, kepalanya benjol-benjol, bola matanya hendak keluar, setiap malam hidungnya meneteskan darah dan telinganya mengeluarkan lendir yang berbau amis. Hingga akhirnya tokoh Aku mengalami dilema untuk mengirimkan puisi-puisi karya Joshua ke penerbit ataupun diikutsertakan dalam sayembara setelah Joshua meninggal.

“Keluarga M”

Berlatar di sebuah apartemen yang bermula ada kakak beradik yang bernama Mark (kakak) dan Martin (adik) sering terlibat dalam perkelahian dengan anak-anak lainnya karena kakak beradik tu terlihat kekurangan makan dan tidak mempunyai mainan seperti yang lainnya. Dengan tabiat kakak yang suka membela adiknya yang merusak dan tidak megembalikan mainan yang dipinjaminya. Tokoh Aku kemudian geram hingga melaporkan mereka ke orangtuanya Melvin (ayah) dan Marion (ibu) dan tidak mendapat respon baik dari orang tuanya. Bahkan tokoh Aku semakin murka ketika tahu bahwa Martinlah yang menggoreskan paku ke body mobilnya, hingga ia berusaha mencelakai keluarga Meek itu hingga mengalami kecelakan lalu lintas.

“Orez”

Dalam cerpen ini menceritakan kisah Aku yang akhirnya menikahi seornag perempuan, Hester Price, yang kemungkinan besar memiliki penyakit atau kutukan turunan dari orangtuanya. Kutukan itu adalah bayi yang akan dilahirkannya tidak akan selamat, sering mengalami keguguran dan kalaupun lahir akan mengalami kecacatan dan berakhir dengan meninggal. Akhirnya, ada 1 bayi yang bisa lahir, namun dengan keadaan cacat, kepala, tangan dan kakinya lebih besar dari tubuhnya. Tidak hanya itu, Orez, nama anak itu juga kerap kali bertingkah aneh, suka melompat-lompat, tertawa terlalu keras, dan bicaranya tidak jelas. Hingga membuat orang tuanya kerap kali pindah apartemen dan pekerjaan.

“Yorrick”

Inilah satu-satunya cerpen dalam buku ini yang memiliki genre percintaan meskipun bertepuk sebelah tangan. Cerpen ini menceritakan kisah Aku yang jatuh cinta pada Catherine hingga ia rela menyewa loteng di rumah dekat Catherine tinggal. Namun, cintanya bertepuk sebelah tangan lantaran Catherine malah menyukai Yorrick, lelaki kurus, ramah dan disukai banyak orang yang tinggal satu loteng dengan tokoh Aku.

“Ny.Elberthart”

Berlatar di jalan Jefferson, tinggallah seorang perempuan tua bernama Ny.Elberthart. Rumah dan pekarangannya tidak terawat, aktivitas sehari-harinya hanya melambaikan tangan pada siapa saja yang melewati depan rumahnya dan kadang kala suka memarahi tukang pos yang tidak membawa surat untuknya. Hingga akhirnya Ny.Elberhart menerima surat kaleng gelap dari tukang pos, yang kemudian diduga sebagai pemicu ia jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Pengirim surat kaleng gelap itu adalah tokoh Aku. Karena merasa bersalah, maka tokoh Aku mulai menjalin hubungan baik dengan Ny.Elbertart dan mulailah terjadi keanehan-keanehan yang mulai terjadi.

“Charles Lebourne”

        Cerita dimulai ketika tokoh Aku, James Russel, merasa jengkel karena jendela di kamar apartemen di sebrang ia tempat tinggalnya selalu memantulkan sinar matahari sangat terik ketika siang dan menyorotkan lampu duduk raksasa ketika malam hari. Kemudian ia berusaha untuk mencari pemilik jendela kamar tersebut, dan ia menemukan nama pemilik jendela kamar itu adalah Charles Lebourne, yang tidak lain adalah nama seorang lelaki yang mengawini dan menelantarkan ibunya, alias nama ayah kandungnya. Bak cerita sinetron, inilah pertemuan setelah 30 tahun lamanya antara seorang anak dan ayah yang menelantarkannya sedari dikandungan. Kemudian, tokoh Aku mengalami kebimbangan, apakah ia harus berbuat baik atau jahat kepada lelaki ini, karena berdasarkan pesan ibunya setelah meninggal, semua terserah padanya.

Kamis, 09 September 2021

Sinopsis Buku Bukan Sekadar Cinta : Tentang Hidup yang Dijalani dengan Tangguh

 

Buku dengan judul Bukan Sekadar Cinta : Tentang Hidup yang Dijalani dengan Tangguh ini ditulis oleh Fina Phillipe dan diilustrasikan oleh seorang Ilustrator dengan nama pena Aweview. Buku ini diterbitkan pertama kali pada Maret 2020 oleh penerbit buku Mojok. Sampul bagian depan buku ini berwarna hitam dengan gambar seorang perempuan yang hanya menampakkan punggungnya sedang duduk disalah satu ayunan. Tebal buku ini sekitar 140 halaman dengan ukuran buku 13x19 cm.




Buku ini menceritakan tentang seorang perempuan di usia akhir 20-an, usia yang terbilang cukup muda, yang sedang merenungi kembali jalan hidupnya. Dalam aktivitasnya sehari-hari, terjadi banyak hal yang membuka kembali memorinya di masa lalu. Tentang hati yang terluka, hubungan yang beracun, dan prinsip hidup yang koyak. Bukan sekadar omongan belaka, bukan sekadar cinta yang penuh drama. Dengan berbagai pengalaman dalam mengelola hati dan jiwanya, ia petakan kembali bagaimana seorang perempuan menyikapi segala problematika di sekelilingnya. Bahwasanya menjadi dewasa bukan berarti berhenti tumbuh. Proses itu harus dijalani seorang manusia sepanjang hidupnya.

Buku ini terdiri atas 6 bagian judul, diantaranya ‘Pertemuan yang Tertunda’, ‘Perpaduan’, ‘Kedai’, ‘Terekam’, ‘Kembali pada Kenyataan’, dan ‘Terima Kasih’. Kisah hidup yang kembali muncul dibenak penulis ini dituangkan dalam bentuk cerita dengan kata-kata puitis dengan dilengkapai ilustrasi di setiap halamannya. Kata-kata yang menggambarkan kegelisahan, patah hati atas derita hidup, dan semangat juang untuk kembali berdiri atas hal-hal yang terjadi dihidup penulis ini patut dijadikan quotes untuk postingan di sosial media. Selain itu, ilustrasi dalam buku ini sangat apik sesuai dengan keadaan di halaman buku ini. Jika dalam buku ini terdapat 136 halaman isi, maka setengah dari jumlah halaman tersebut adalah halaman untuk ilustrasi cerita.

Namun, dibalik susunan kata-kata yang puitis, elok dan elegan itu, rasanya konflik dalam cerita ini kurang memuncak. Sehingga, pembaca kurang merasa greget dan kurang mendapatkan kepuasan setelah membaca buku ini.  

Senin, 06 September 2021

Sinopsis Buku “Waktu untuk Tidak Menikah”

         Buku Waktu untuk Tidak Menikah ini ditulis oleh Amanatia Junda. Buku ini merupakan karya pertama Beliau yang saya baca. Buku ini dicetak dan diterbitkan pertama kali pada Oktober 2018 oleh Penerbit Mojok. Buku ini memiliki tebal sekitar 180 halaman. Buku ini memiliki sampul depan berwana biru  dengan potret bagian tengkorak seorang perempuan dengan rambut dikuncir kuda yang terlihat sedang berdamai dengan dirinya sendiri. Buku dengan judul Waktu untuk Tidak Menikah ini memiliki ketertarikan tersendiri bagi seorang perempuan yang sudah cukup umur untuk suatu tahap menjadi hamba Allah sempurna, yaitu pernikahan namun memiliki sebuah keraguan untuk menuju jenjang tersebut. Mungkin ilustrasi itu adalah ilustrasi yang paling cocok untuk menggambarkan keadaan dalam cerpen tersebut.


Gambar Sampul Depan Buku Waktu untuk Tidak Menikah.

Buku Waktu untuk Tidak Menikah ini merupakan kumpulan cerpen. Buku ini menyajikan 14 cerita pendek diantaranya yaitu ‘Denyut Merah, Kuning, Kelabu’, ‘Prelude’, ‘Lantai Tiga Beringharjo’,’ Perkara di Kedai Serba-Serbi’, ‘Baru Menjadi Ibu’, ‘Pengintaian’, ‘Waktu untuk Tidak Menikah’, ‘Pada Jarak yang Memisahkan Kami’, ‘Abha’, ‘Sepasang Bulu Mata Merah’, ‘Planet Tanpa Gravitasi’, ‘Meributkan Tanah Tak Bertuan’, ‘Rinai di Natuna’, dan ‘Pisah Ranjang’.  Isi cerpen ini mengandung banyak makna yang kejadiannya ada diskeitar kita, mulai dari permasalahan sosial seperti dalam cerpen Sepasang Bulu Mata Merah. Selain itu, juga menceritakan permasalahan rumit pada diri sendiri. Karena terkadang, permasalahan-pemasalahan yang timbul dimulai dari permasalahan pada diri sendiri yang memberikan dampak pada lingkungan sosial sekitar, seperti dalam cerpen Perkara di Kedai Serba-Serbi, Pisah Ranjang, Lantai Tiga Beringharjo.

Tokoh dalam cerpen yang disajikan dalam buku ini secara keseluruhan adalah tokoh yang memiliki karakteristik dan watak yang terdapat pada orang-orang yang bisa kita jumpai, bahkan mungkin ada beberapa yang bisa jadi terdapat pada diri pembaca karena cerita dalam cerpen ini seperti relate dengan kehidupan sekitar. Misalnya seperti dalam Judul Utama cerpen ini, yaitu Nursri. Seorang wanita yang berumur hampir 30an tahun, dimana sudah mulai dicecar banyak pertanyaan mengenai kapan menikah. Namun, ia mengalami kebimbangan saat akhirnya ia menerima lamaran Laksmo, sang kondektur bus. Setelah  sebelumnya ia pernah patah hati lantaran pacarnya yang sesama buruh pabrik selingkuh dengan bakul kutang langganan Nursri. Disaat kisah cintanya kandas, disaat ibunya mulai mendesaknya untuk segera menikah, akhirnya ia menerima lamaran Laksmo, namun pada akhirnya dihari Akad ia mendapat kabar bahwa anak angkatnya jatuh sakit di Timalayah, daerah pabrik tempat ia bekerja sebelumnya. Sebenarnya Nursri mengalami kebimbangan batin, dalam hati yang terdalam, ia sadar ia tak cukup mencintai dan menyayangi Laksmo. Jasadnya memang sedang dirias oleh tukang rias pengantin untuk acara akadnya, namun hati dan pikirannya melayang jauh. Hingga ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan itu, karena bisa berakibat fatal jika diteruskan.

Selain itu, dalam cerpen Perkara di Kedai Serba-Serbi, tokoh utama dalam cerita ini mengalami gangguan batin atau ingatan. Dimana ternyata ia mengalami lupa ingatan atas apa yang telah ia lakukan, namun secara tidak sadar ia lupa dan menganggap perbuatan itu adalah perbuatan tetangga kamar kos sebelah. Ia merasa jengkel karena tetangga kamar kos sebelah selalu tidak membuang bekas pembalut, kemudian juga pernah terjadi lupa tidak menyimpan kembali celana dalamnya dan menginggakkan begitu saja celana dalam itu di kamar mandi umum. Ia mengomel seharian pada pacarnya, namun usut-punya usut, pacarnya sadar, bahwa kejadian-kejadian yang diceritakan wanita tu bukanlah tetangga kamar kos sebelah, melainkan ulahnya sendiri.

Cerpen lain yang disajikan juga memiliki konflik ringan, sederhana, tidak rumit seperti Shelock Holmes ataupun Detective Conan. Cerita-cerita itu bak kisah yang sering kita temui disekitar kita dengn berbagai genre.

Minggu, 06 Juni 2021

Tajuk Kenangan 1 : Personil Tim Krisis Skripsi

 

Tepat tanggal 03 bulan Juni 2021, dimana musim kemarau mulai menampakkan dirinya perlahan. Cuaca mulai gerah dan tukang minum es keliling mengibarkan bendera perangnya. Saat itu, aku mendapatkan 2 kabar berita sekaligus. Menurutku, keduanya adalah kabar yang sangat baik. Kabar pertama datang dari Eni, kawan seperjuangan ketika masa krisis kuliah, masa skripsi yang nasibnya tak menentu. Ia mengabarkan bahwa akan menyelenggarakan acara lamaran/hantaran pada malam minggu besok ini. Aku yang membaca kabar ini begitu bahagia, akhirnya dari kami berempat yang notabene mempunyai kisah asmara kurang beruntung, menjadi personil Tim Krisis Skripsi  pertama yang akan melangsungkan pernikahan. Meskipun ini baru acara hantaran, namun ini adalah suatu titik terang langkah selanjutnya. Namun, dari hati yang paling dalam, ada sedikit asa iri hati terhadapnya. Jujur saja, diumur kami yang lebih dari seperempat abad ini, saai ini adalah waktu yang sangat meresahkan, mulai muncul pertanyaan kapan.

Kabar kedua, yaitu undangan pernikahan dari seorang “teman lama yang entah benar-benar teman atau tidak”, ia mengirimkan undangan melalui pesan whatsapp. Undangan yang hanya diforward dari satu kontak ke kontak lain di daftar kontak dari nomor tak dikenal. Namun, diujung penutup undangan tertera namanya, seketika aku berpikir “oh, dia toh”. Tak ada basa-basi atau kalimat mengundang sebagai teman. Namun, karena aku baik, akhirnya aku yang menanyakan terkait hal undangan fisik dan lainnya. Wah, sungguh baik hati sekali kamu,Dai, pujiku kepada diri sendiri dalam hati.

Tim Krisis Skripsi terbentuk karena satu tujuan, yaitu kami ingin skripsi kami dibimbing oleh Bapak Dosen tersebut. Dosen divisi kimia analitik dan lingkungan yang notabene adalah dosen senior yang memiliki kejujuran dan ketelitian tingkat dewa, tidak pernah pilih kasih dan melakukan sesuai prosedur. Beliau adalah bapak Drs.Bambang Trihadi, MS. Meskipun banyak senior dan teman angkatan mengatakan akan merepotkan jika skripsi dengan beliau, namun rasa kagum kami melebihi apapun. Bahkan, sebenarnya sejak awal kuliah, aku tidak melirik divisi analitik karena merepotkan akan perhitungan-perhitungan yang rumit, namun setelah mengenal dan pernah diajari Beliau, kami mendadak menjadi fans. Sehingga, dengan cara lain aku mencari ide agar skripsi kami berhubungan dengan kimia analitik.

Aku yang notabene mengincar beliau, mulai membaca referensi mulai dari jurnal, skripsi dan karya ilmiah yang bisa dijadikan sebagai acuan.  Bahkan saat aku menjalani KKN di Pulau Enggano saat libur semester 6, aku bahkan browsing mengenai potensi alam di pulau enggano yang kira-kira bisa dimanfaatkan sebagai sampel penelitian. Aku bahkan membawa beberapa jurnal agar setelah KKN aku bisa mulai memikirkan ide/tema yang cocok untuk skripsi. Setelah KKN selesai, aku memantapkan diri untuk mengangkat rumput laut yang banyak tumbuh di perairan pulau Enggano, yaitu rumput laut jenis Eucheuma cottoni. Rumput laut jenis ini banyak sekali tumbuh di perairan Pulau Enggano, namun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Sekitar 1 bulan setelah pendadaran KKN, aku dan temanku, Harsi, memberanikan diri untuk menemui Beliau guna mengemukakan pendapat kami tentang skripsi yang akan kami ajukan. Tergambar dengan jelas dalam ingatanku, kami menyampaikan ide tentang rumput laut tersebut di tangga gedung fakultas. Aku, Harsi, dan Beliau berdiri ditangga, dan kemudian beliau mengajak kami duduk di kursi menunggu. Dengan detak jantung yang sangat kencang dan hati yang gelisah, akhirnya beliau menyetujui mengenai tema yang kami ajukan dan bersyukurnya beliau juga bersedia membimbing skripsi tersebut. Bahkan beliau juga menyarankan agar mengajak 2 teman lagi agar terbentuk tim dimana akan memudahkan dalam hal pengerjaannya, baik pra,pelaksanaan dan pasca skripsi.

Itu adalah awal mula bagaimana tim Krisis Skripsi ini terbentuk. Akhirnya, aku dan Harsi, mulai menyebarkan berita bahwa kami mencari 2 anggota lagi terkait tema skripsi kepada kawan-kawan yang mengincar beliau. Akhirnya, ada 2 makhluk abstrak yang memang belum mendapat ide mengenai skripsi dan setuju menjadi anggota tim. Mereka semakin tertantang setelah mendengar sampel rumput laut akan diambil di ujung pulau Baai atau bahkan akan ke pulau Enggano yang jauh. Disaat teman-teman lain sedikit tak yakin mengenai ide skripsi itu, mereka berdua akhirnya setuju. Dua makhluk tersebut adalah Eni dan Reva. Mereka adalah kawan dekat sejak awal kuliah, sedangkan aku dan Harsi juga adalah kawan dekat dari awal kuliah.    

Harsi, aku mulai mengenalnya sejak awal kuliah. Entah bagaimana pertemuan kami, tapi aku memang dekat dengannya, mulai dari nomor absen berdekatan, aku 03, ia 05, duduk di kelas berdekatan, hingga saat aku berada dikeadaan terpuruk, ia pun tidak meninggalkanku. Bahkan, hingga saat ini, di tahun 2021, kami masih salaing bertukar kabar.

Eni, Sebenarnya kami sudah kenal sejak awal kuliah, namun kami beda kelas sehingga kami bertemu hanya saat mata kuliah umum saja. Secara tak sengaja, ternyata kami pernah satu kelompok saat masa orientasi mahasiswa baru tingkat fakultas. Kami juga sering bertemu jika mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi berkumpul, mungkin ini juga menjadi motivasi kami untuk lebih rajin dan ingin segera lulus terkait financial keluarga kami. Mau tidak mau, kami harus menyelesaikan kuliah tak lebih dari 8 semester, karena jika melebihi waktu tersebut, kami harus membayar uang UKT semester 9.  Memang benar, Allah menakdirkan kami untuk bertemu kembali dalam perang yang sesungguhnya.

Reva, sama halnya dengan eni. Aku tidak pernah satu kelas dengannya, bahkan kami jarang berinteraksi. Yang kutahu, Reva memang orang yang sedikit pendiam namun terkenal karena otaknya di atas rata-rata. Dianatara kami berempat, Reva adalah yang terpintar, hanya saja dia adalah tipe manusia yang pembawaannya santai. Sehingga, aku yang berkepribadian suka terburu-buru, kadang tidak sejalan dengannya yang santai. Namun, itu bukan halangan besar bagi tim kami, karena, motto kami adalah selesai lebih cepat dan tidak lagi membayar UKT semester 9.

Senin, 01 Maret 2021

Lirik Ost.Naruto Kecil No Boy, No Cry By: Stance Punk

 

ROMAJI

Giniro no sora ga wareru no wo boku wa tsuttatte boooto miteita

Taikutsu ni yararerukurai nara shinji mau hou ga zutto mashi sa

Shounen yo kiite kure ningen nante taishita mon ja nai sa

Ashita nante moui ranai kara nigitta kobushi wo kakusu nay o

 

Fuan ni yume wo uri tobasu hodo mada oiborechainai daro

Shounen yo kokoro no jyuu no hikigane wo hikeru no wa kimi dake sa

 

Subete no wakamono wa iitta boku no kokoro wo kirisake yo

Akirame chimatta yatsu ni wa kankei nee hanashi nanda

Subete no wakamono wa iitta bokura sakenda kono koe wa

Beddo no shitai ni mitsundeta jiyuu sa

 

Wakariau koto mo nai mama haki chirakashiteta ano hi no kizu ga

 

Ima mo mada taore sou na boku wo mae ni ima ni biki zutte ikun darou

Barabara ni naru kurai sakende mitatte nanimo kotae nante de nai kedo

Nanimo sezu suwatte waratteru aitsura mitaina naritakunainda

 

Subete no wakamono wa iita doushi yo mo naku kudaranai

Kono subarashii sekai ni tattaima ikiteiru kara

Subete no wakamono wa iitta subete no hontou to uso wo

Kesshite wasurete shima wa nai you ni

 

Subete no wakamono wa iitta shinu  ni wa mosugiru darou

Shiraketa tsura ga nanranderu karappo no kono machi de

 

Subete no wakamono wa iitta kaze no nai kono yoru ni

Nanika wo kaeyou to shiteru kara

 

Bokura ga sakenda kono koe wa

Terorisuto ni date kesenai darou

 

 

TERJEMAHAN INDONESIA

Aku tiba-tiba berdiri dan memandang langit perak meretak

Jika kebosanan membunuhmu, maka lebih baik kau mati saja

Bicah, dengarkan aku! Manusia tidaklah begitu penting

Kau tidak memerlukan sesuatu seperti hari esok, jangan sembunyikan tinjumu

 

Kau belum cukup tua untuk menjual mimpimu pada keraguan

Bocah, orang yang bisa menarik pelatk ditanganmu hanyalah dirimu

 

Semua anak mengatakan, “Air mata membuka hatimu!

Orang yang menyerah itu, dia adalah cerita yang lain”

Semua anak mengatakan, “Suara teriakan dari kami telah menemukan kebebasan di bawah tempat tidur kmai!”

 

Kita tidak selalu saling memandang, semua luka, goresan yang ku alami saat tu masih membuatku tersandung

 

Tetapi aku akan terus maju ke depan, aku merasa sedikit bingung

Meskipun tidak ada jawaban dari dalam kegelapan itu,

Duduk diam tidak melakukan apapun dan tertawa, aku tidak mau menjadi seperti itu

 

Semua anak mengatakan, “Tidak ada yang bisa dilakukan, Percuma saja”

Karena kita hidup di dunia yang hebat ini sekarang

Semua anak mengatakan, “Semua kebenaran dan kebohongan adalah hal yang tidak akan bisa kami luakan,”

 

Semua anak mengatakan,”Kami terlalu muda untuk mati, bukan?”

Semua wajah yang membosankan ini mengisi seluruh kota

 

Semua anak mengatakan, “dalam malam yang tak berangin, kami akan membuat perubahan!

 

Semua teriakan kami, tidak bisa dihilangkan oleh teroris manapun