Minggu, 31 Mei 2020

Sinopsis Novel Guru Aini


Sinopsis Novel “Guru Aini”

Novel Guru Aini merupakan prekuel dari Novel Orang-Orang Biasa karya Penulis Novel Tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata. Novel ini merupakan karya ke-12 Pak Cik Andrea Hirata, dengan novel sebelumnya adalah Orang-Orang Biasa.  Novel ini diterbitkan pada Bulan Januari 2020 oleh Penerbit Bentang Pustaka dan didistribusikan oleh Mizan Media. Novel ini memiliki tebal kurang lebih 336 halaman.  Novel ini memiliki tampilan fisik hampir serupa dengan Novel sebelumnya, Orang-Orang Biasa yaitu dengan sampul berwarna kuning yang sedikit gelap hampir ke hijau lumut. Jika pada bagian sampul depan novel Orang-Orang Biasa terdapat gambar sesosok lelaki bertopeng monyet, maka di novel Guru Aini ini terdapat sepasang sepatu olahraga berwarana putih bergaris-garis merah yang sudah lusuh. Novel ini seperti flashback dari Novel Orang-Orang Biasa. Karena ternyata alasan kenapa 10 sekawanan sahabat itu melakukan perampokan yang luar biasa hebat di dunia tidak lain karena Aini, tokoh utama dalam cerita ini.
Novel Guru Aini ini berlatar di sebuah pulau terpelosok nun jauh dibagian selatan pulau Sumatra, daerah Ketumbi, Pulau Tanjong Hampar. Dulu daerah itu masuk dalam wilayah Sumatra Selatan. Bahkan untuk sampai disana memerlukan waktu sekitar 3 hari 3 malam melalui perjalanan darat, dengan menaiki beberapa bus dan harus berlayar dengan kapal barang yang memuat apa saja untuk berjam-jam karena badai dan ombak sering membuat kapal itu terombang-ambing lebih dari waktu yang diperkirakan.  
Gaya bercerita si penulis dalam novel ini yaitu menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal, yaitu penulis mengetahui seluruh isi dan jalan cerita. Cerita dalam novel ini memiliki alur campuran, yaitu didalamnya terdapat alur maju dan mundur (flashback). Novel ini menceritakan perjuangan seorang Guru Matematika, yaitu Guru Desi. Guru Desi ini bersikeras ingin menjadi guru matematika, tujuannya sangat mulia yaitu ingin mencerdaskan bangsa ini dari kebodohan yang panjang. Perjalanan Guru Desi tidaklah mudah untuk menjadi Guru Desi yang dipandang sebagai guru Hebat dan eksentrik. Perjalanan Guru Desi dimulai saat ia lulus dari studinya dan akhirnya mendapat tempat pengabdian di Ketumbi, Pulau Tanjong Hampar. Ia harus menempuh perjalanan yang sulit dan panjang bahkan ia rela meskipun ia tahu ia tak tahan dalam perjalanan kapal. Berbekal tas carrier besar dipunggung dan sepatu olahraga hadiah dari Ayahnya yang tak pernah ia lepaskan serta buku The Principles of Calculus yang selalu ia tenteng selama perjalanan.  Seperti kita tahu bahwa pendidikan di daerah pelosok masih belum mengalami kemajuan, baik dai segi sumber daya pengajarnya maupun dari kualitas muridnya. Inilah tantangan Guru Desi selama mengabdi di Tanjong Hampar, ia ingin menjadi guru yang berhasil dan mengubah murid yang tidak bisa menjadi bisa.
Akhirnya Guru Desi menemukan satu murid genius, yaitu Debut Awaludin. Ia tak hanya genius, tapi juga terampil dan kreatif. Baginya matematika bukanlah hal sulit. Guru desi ingin mengajarkan matematika secara langsung kepada Debut, hingga ia menyiapkan bangku khusus untuk Debut belajar di rumah dinasnya. Namun Guru Desi kecewa berat, karena Debut mengundurkan diri sebagai muridnya dan memilih menjadi anggota penghuni kursi belakang. Sejak saat itu, sepatu olahraga bergaris merah hadiah dari ayahnya tak pernah ia ganti hingga akhirnya Guru Desi bertemu seorang siswa bebal, yaitu Aini, anak Dinah kawan Debut, para penghuni bangku belakang.
Dalam novel ini, juga menceritakan kisah sesungguhnya bagaimana Aini atau Nuraini binti Syafrudin, membawa nama ayahnya Syafrudin, seorang anak dari salah satu dari 9 sekawanan yaitu Dinah. Aini memang benar menuruni bakat Ibunya  dalam hal matematika. Bagaimana bisa setiap mendengar kata matematika dan setiap pelajaran matematika di sekolah perutnya menjadi sakit, dan anehnya lagi sakit itu sembuh seketika saat pelajaran matematika selesai. Hingga akhirnya saat masuk SMA, ayah Aini jatuh sakit. Sudah dibawa ke banyak paranormal, namun tak ada juga yang berhasil mengobatinya. Hingga ada seorang paranormal yang mengatakan bahwa penyakit ayahnya tak dapat disembuhkan, hanya dokter ahli yang bisa menyembuhkan penyakit ayahnya. Sejak saat itu, Aini bercita-cita akan mejadi dokter dan masuk fakultas kedoteran.
Tekadnya untuk masuk fakultas kedokteran demi menyembuhkan ayahnya, ia akhirnya pindah ke kelas Guru Desi, kelas yang dianggap semua siswa adalah neraka, kandang singa dan lainnya. Namun Aini tetap bersikeras untuk tetap masuk ke kelas Guru Desi dan ke rumah Guru Desi. Bagai melewati gurun, jalan AIni tidaklah mudah. Ia harus kena damprat Guru Desi setiap ia belajar.
Cerita dalam novel ini mengajarkan banyak sekali pelajaran kehidupan, atau bahasa kerennya Slice of Life. Mengajarkan kita untuk tetap gigih, berusaha dan pantang menyerah demi menggapai cita-cita. Bagaimanapun keadaannya, jika kita berusaha dan percaya, niscaya Yang Maha Kuasa akan selalu member pertolongan.