Kamis, 02 Desember 2021

Sinopsis Novel Hujan Bulan Juni

         Novel Hujan Bulan Juni merupakan karya sastrawan alm.Sapardi Djoko Damono. Novel ini berawal dari puisi dengan judul yang sama yang sangat melegenda, baik di kalangan anak-anak sekolah maupaun masyarakat umum karena rasa-rasanya tidak ada yang tidak tahu puisi tersebut. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015 dan hingga kini sudah cetakan ke dua puluh dua. Novel dengan tebal sekitar 135 halaman ini memiliki sampul depan bertuliskan judul novel yang luntur karena titik-titik air hujan serta bagian belakang terdapat blurb yang ditulis membentuk payung (sampul cetakan ke dua puluh dua).


(sampul depan buku)

Novel hujan bulan juni ini menceritakan kisah asmara antara Sarwono, lelaki keturunan Jawa tulen dengan Pingkan, perempuan keturunan Manado dan Jawa. Sarwono yang merupakan dosen Antropolog di sebuah Universitas bertemu dengan Pingkan, dosen muda Jepang di Universitas yang sama, yang tak lain adalah adik sahabatnya, Toar. Karena keduanya sering bertemu, mulai tumbuhlah perasaan yang menggelitik dada, keduanya sadar akan perasaan sayang itu namun ditunjukkan dengan cara yang berbeda. Kisah percintaan mereka penuh dengan liku bak kisah-kisah cinta seperti pada cerpen, novel atau film pada kebanyakan. Namun, alm Pak Sapardi mengemasnya secara apik dengan bahasa yang sangat sastrawan sekali, dipenuhi ungkapan dan peribahasa yang menggambarkan keadaan dan situasi yang dialami oleh para tokoh.Terdapat banyak perbedaan mulai dari perbedaan latar belakang suku dan agama. Bahkan orang tua Pingkan berusaha membujuk Pingkan untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Sarwono dan menjodohkan Pingkan dengan Katsuo, lelaki Jepang yang menyukai Pingkan.

Hubungan keduanya juga sempat terhalang jarak alias LDR, dimana Pingkan harus ke Jepang demi melanjutkan studinya. Katsuo, lelaki yang menyukai Pingkan juga akan menjadi salah satu dosen yang mengajar Pingkan, yang membuat Sarwono kerap kali cemburu dan berpikir yang tidak-tidak. Namun, sebelum Pingkan ke Jepang, Sarwono sudah mulai mendapat lampu hijau dari calon mertuanya itu saat Pingkan dan Sarwono datang ke Manado. Hingga akhir cerita, Pingkan yang masih di Jepang, tiba-tiba mendapat pesan darurat dari kakaknya Toar agar pulang ke Indonesia segera karena Sarwono sedang mendapat perawatan intensif di rumah sakit karena ada flek di paru-parunya. Segera Pingkan tiba dan di rumah sakit tempat dirawat Sarwono.

Akhir cerita pada novel ini masih belum jelas, tentu saja karena novel ini adalah trilogi, maka pembaca diharuskan untuk merampungkan sekuel novel ini agar tahu bagaimana akhir kisah Sarwono dan Pingkan. Novel kedua dari Hujan Bulan Juni ini adalah Pingkan Melipat Jarak dan novel ketiga berjudul Yang Fana adalah Waktu.