Kamis, 03 September 2020

Kepada diriku dimasa mendatang (Part I)


Manusia memiliki jalan takdir masing-masing. Ada yang memang ditakdirkan berjaya, dan ada pula yang ditakdirkan termangu-mangu. Seperti dalam Novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata, dikisahkan orang-orang yang bangsat, durjana, tak berakhlak dan berperingai macam penjahat hidupnya tetap berjaya dan tak perlu bersusah payah. Dan dikisahkan pula orang-orang yang baik, tak pernah melakukan kejahatan, setia kawan, polos dan lugu, namun nasib baik tak pernah menghampirinya,mulai dari hidup miskin sejak lahir, otak macam ada di dengkul, hutang dimana-mana, diremehkan dan bahkan tak dianggap. Orang-orang seperti mereka ini menghabiskan hidupnya hanya dengan termangu-mangu, memikirkan cara mengakhiri hidup yang sulit namun tak kunjung bertemu ujungnya. Semua itu sudah digariskan dan dituliskan di Lauhul Mahfudz. Namun, tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri menjadi orang-orang termangu itu, karena nanti hisab orang miskin dan termangu-mangu lebih cepat dibanding orang kaya dan Berjaya. Bahkan waktu masuk surga orang miskin dan termangu-mangu sebelum orang kaya dan Berjaya dengan jarak setengah hari akhirat atau 500 tahun dibumi.

Kepada diriku dimasa mendatang, sekarang tahun 2020 dan umurmu saat itu adalah 25 tahun. Apa kabar diriku 2 atau 3 tahun lagi? Sudahkah kamu menikah? Atau jangan-jangan masih menjomblo dan solo? Sepertinya kamu sudah menikah, wahh selamat ya atas penikahanmu. Apakah suamimu cinta pertamamu atau seseorang yang baru kau temui? Semoga suamimu adalah orang baik dan aku berharap suamimu adalah orang baru yang baik hati mau menerimamu yang buruk dan tak punya apa-apa untuk dibanggakan.

Apakah kamu masih cemen seperti dulu? Masihkan kamu gerogi saat berbicara di depan umum? Masihkah? Sepertinyaa…masih sama. Semoga hal buruk ini tidak kau turunkan pada anak-anakmu ya. Semoga anak-anakmu memiliki sifat baikmu saja. Eh, tunggu dulu, apakah kamu punya sifat baik? Sepertinya harus dipikirkan matang-matang.

Apakah kamu masih keras kepala? Sepertinya kamu masih keras kepala, dan menjunjung tinggi prinsip hidupmu. Namun sepertinya kamu sudah tak terlalu egois dan mulai memikirkan orang-orang disekitarmu. Kamu mulai memikirkan suamimu, anakmu, orangtuamu, hidup adik-adikmu, sanak keluarga suamimu, sanak keluarga dari pihak ayah dan ibumu. Ya, kamu lebih mausiawi. Sejak kamu masuk dunia kerja, kamu mulai banyak mengalah. Padahal, ketika kamu masih muda kamu benar-benar tidak akan mengalah jika menurutmu benar. Kamu tetap bersikukuh, tak mempedulikan bagaimana posisi lawanmu kala itu, tak pernah memahami jika kamu jadi mereka, dan kamu tak memahami bagaimana perasaan lawanmu. Ya mungkin memang itulah masa muda, masa yang berapi-api.

Sejak itu, sejak kamu tahu bahwa tidak semuanya harus sesuai dan sejalan dengan apa yang kamu mau dan sama dengan pikiran kamu, kamu mulai mengalah dan banyak diam. Hanya mengangguk menyetujui, meskipun hatimu bergejolak dan dadamu serasa mau meledak. Kamu mulai bisa menerima itu semua. Kamu bekerja bersama tim dan memiliki kolega yang berbagai macam karakter, serta atasan yang berbeda pemikiran, disaat kamu memikikan kemanusiaan, beberapa orang berpikir mengenai benefit dan profit. Tapi memang dalam dunia kerja harus memikirkan profit, namun kadang itu tidak sesuai dengan hatimu.

Apakah kamu masih seperti dulu? Masih tidak dianggap dan tidak didengarkan? Ahh sepertinya kamu masih sama saja. Sabar yaa…orang sabar kuburannya lebar awokwkwk. Dulu kamu selalu dianggap remeh, mulai dari jaman sekolah sampai sekarang. Kalau diingat-ingat, itu sejak pertemanan kamu di sekolah menengah pertama, lanjut ke jenjang selanjutnya dan selanjutnya. Dari lingkaran terkecil saja kamu sudah diremehkan dan tidak dianggap, tapi so far so good, kamu jadi lebih sering pergi-pergi sendiri dan belajar memutuskan berbagai hal sendiri. Meskipun pada akhirnya sellau ada penyesalan, tapi hanya beberapa. Ketika kamu dan teman lain menyampaikan hal yang sama, perkataanmu adalah angin lalu, tak didengar dan respon mereka berbeda ketika teman lain yang menyampaikan hal tersebut. Jadi sepertinya kamu memang ditakdirkan untuk diam.

Sejak dulu juga orang-orang juga lebih berani denganmu, lebih berani protes ke kamu, lebih berani mengemukakan pendapat buruknya tentang kamu, tapi mereka tidak berani berlaku hal yang sama jika saja itu bukan kamu, yah pokoknya mereka lebih frontal dengan kamu. Aku jadi bertanya-tanya, apakah perlakuan mereka akan sama jika saat itu yang ada diposisimu itu bukan kamu?

Masih ingat tidak saat kamu bekerja ditempat kedua, kolegamu dan kolega berbeda cabang, semuanya frontal ke kamu, protes apa-apa ke kamu, dengan nada ngotot dan lantang. Tapi ketika berbicara dengan yang lain, mereka tidak seperti itu. Heii…ada apa sih sama dirimu? Ada yang salahkah diwajahmu? Ahh…aku tau , sepertinya  wajahmu itu memang wajah yang cocok untuk menerima semua protes dan ketidaksukaan mereka. Sepertinya kamu yang memang salah dan memang pantas mendapat itu semua, kamu tidak kompeten, tidak memiliki keahlian, tidak memiliki pikiran jangka panjang, dan beberapa orang beranggapan bahwa kamu tidak adil. Bahkan kamu sempat untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain. Bulan apa ya kamu akhirnya pindah kerja? September atau Oktober ya? Sepertinya kamu betah dan senang dengan tempat kerja ketigamu ini. Rasanya plong.