Tepat
tanggal 03 bulan Juni 2021, dimana musim kemarau mulai menampakkan dirinya
perlahan. Cuaca mulai gerah dan tukang minum es keliling mengibarkan bendera
perangnya. Saat itu, aku mendapatkan 2 kabar berita sekaligus. Menurutku,
keduanya adalah kabar yang sangat baik. Kabar pertama datang dari Eni, kawan
seperjuangan ketika masa krisis kuliah, masa skripsi yang nasibnya tak menentu.
Ia mengabarkan bahwa akan menyelenggarakan acara lamaran/hantaran pada malam
minggu besok ini. Aku yang membaca kabar ini begitu bahagia, akhirnya dari kami
berempat yang notabene mempunyai kisah asmara kurang beruntung, menjadi
personil Tim Krisis Skripsi pertama yang
akan melangsungkan pernikahan. Meskipun ini baru acara hantaran, namun ini
adalah suatu titik terang langkah selanjutnya. Namun, dari hati yang paling
dalam, ada sedikit asa iri hati terhadapnya. Jujur saja, diumur kami yang lebih
dari seperempat abad ini, saai ini adalah waktu yang sangat meresahkan, mulai
muncul pertanyaan kapan.
Kabar
kedua, yaitu undangan pernikahan dari seorang “teman lama yang entah
benar-benar teman atau tidak”, ia mengirimkan undangan melalui pesan whatsapp.
Undangan yang hanya diforward dari satu kontak ke kontak lain di daftar kontak
dari nomor tak dikenal. Namun, diujung penutup undangan tertera namanya,
seketika aku berpikir “oh, dia toh”. Tak ada basa-basi atau kalimat mengundang
sebagai teman. Namun, karena aku baik, akhirnya aku yang menanyakan terkait hal
undangan fisik dan lainnya. Wah, sungguh baik hati sekali kamu,Dai, pujiku kepada
diri sendiri dalam hati.
Tim
Krisis Skripsi terbentuk karena satu tujuan, yaitu kami ingin skripsi kami
dibimbing oleh Bapak Dosen tersebut. Dosen divisi kimia analitik dan lingkungan
yang notabene adalah dosen senior yang memiliki kejujuran dan ketelitian
tingkat dewa, tidak pernah pilih kasih dan melakukan sesuai prosedur. Beliau
adalah bapak Drs.Bambang Trihadi, MS. Meskipun banyak senior dan teman angkatan
mengatakan akan merepotkan jika skripsi dengan beliau, namun rasa kagum kami
melebihi apapun. Bahkan, sebenarnya sejak awal kuliah, aku tidak melirik divisi
analitik karena merepotkan akan perhitungan-perhitungan yang rumit, namun
setelah mengenal dan pernah diajari Beliau, kami mendadak menjadi fans.
Sehingga, dengan cara lain aku mencari ide agar skripsi kami berhubungan dengan
kimia analitik.
Aku
yang notabene mengincar beliau, mulai membaca referensi mulai dari jurnal,
skripsi dan karya ilmiah yang bisa dijadikan sebagai acuan. Bahkan saat aku menjalani KKN di Pulau Enggano
saat libur semester 6, aku bahkan browsing mengenai potensi alam di pulau
enggano yang kira-kira bisa dimanfaatkan sebagai sampel penelitian. Aku bahkan
membawa beberapa jurnal agar setelah KKN aku bisa mulai memikirkan ide/tema
yang cocok untuk skripsi. Setelah KKN selesai, aku memantapkan diri untuk
mengangkat rumput laut yang banyak tumbuh di perairan pulau Enggano, yaitu
rumput laut jenis Eucheuma cottoni. Rumput laut jenis ini banyak sekali tumbuh
di perairan Pulau Enggano, namun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Sekitar
1 bulan setelah pendadaran KKN, aku dan temanku, Harsi, memberanikan diri untuk
menemui Beliau guna mengemukakan pendapat kami tentang skripsi yang akan kami
ajukan. Tergambar dengan jelas dalam ingatanku, kami menyampaikan ide tentang
rumput laut tersebut di tangga gedung fakultas. Aku, Harsi, dan Beliau berdiri
ditangga, dan kemudian beliau mengajak kami duduk di kursi menunggu. Dengan
detak jantung yang sangat kencang dan hati yang gelisah, akhirnya beliau
menyetujui mengenai tema yang kami ajukan dan bersyukurnya beliau juga bersedia
membimbing skripsi tersebut. Bahkan beliau juga menyarankan agar mengajak 2
teman lagi agar terbentuk tim dimana akan memudahkan dalam hal pengerjaannya,
baik pra,pelaksanaan dan pasca skripsi.
Itu
adalah awal mula bagaimana tim Krisis Skripsi ini terbentuk. Akhirnya, aku dan
Harsi, mulai menyebarkan berita bahwa kami mencari 2 anggota lagi terkait tema
skripsi kepada kawan-kawan yang mengincar beliau. Akhirnya, ada 2 makhluk
abstrak yang memang belum mendapat ide mengenai skripsi dan setuju menjadi
anggota tim. Mereka semakin tertantang setelah mendengar sampel rumput laut
akan diambil di ujung pulau Baai atau bahkan akan ke pulau Enggano yang jauh.
Disaat teman-teman lain sedikit tak yakin mengenai ide skripsi itu, mereka
berdua akhirnya setuju. Dua makhluk tersebut adalah Eni dan Reva. Mereka adalah
kawan dekat sejak awal kuliah, sedangkan aku dan Harsi juga adalah kawan dekat
dari awal kuliah.
Harsi,
aku mulai mengenalnya sejak awal kuliah. Entah bagaimana pertemuan kami, tapi aku
memang dekat dengannya, mulai dari nomor absen berdekatan, aku 03, ia 05, duduk
di kelas berdekatan, hingga saat aku berada dikeadaan terpuruk, ia pun tidak
meninggalkanku. Bahkan, hingga saat ini, di tahun 2021, kami masih salaing
bertukar kabar.
Eni,
Sebenarnya kami sudah kenal sejak awal kuliah, namun kami beda kelas sehingga
kami bertemu hanya saat mata kuliah umum saja. Secara tak sengaja, ternyata
kami pernah satu kelompok saat masa orientasi mahasiswa baru tingkat fakultas.
Kami juga sering bertemu jika mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi berkumpul,
mungkin ini juga menjadi motivasi kami untuk lebih rajin dan ingin segera lulus
terkait financial keluarga kami. Mau tidak mau, kami harus menyelesaikan kuliah
tak lebih dari 8 semester, karena jika melebihi waktu tersebut, kami harus
membayar uang UKT semester 9. Memang
benar, Allah menakdirkan kami untuk bertemu kembali dalam perang yang
sesungguhnya.
Reva,
sama halnya dengan eni. Aku tidak pernah satu kelas dengannya, bahkan kami
jarang berinteraksi. Yang kutahu, Reva memang orang yang sedikit pendiam namun
terkenal karena otaknya di atas rata-rata. Dianatara kami berempat, Reva adalah
yang terpintar, hanya saja dia adalah tipe manusia yang pembawaannya santai.
Sehingga, aku yang berkepribadian suka terburu-buru, kadang tidak sejalan
dengannya yang santai. Namun, itu bukan halangan besar bagi tim kami, karena,
motto kami adalah selesai lebih cepat dan tidak lagi membayar UKT semester 9.