Jumat,
15 januari 2016
Ini
adalah hari pertama aku magang atau kerja praktek di salah satu perusahaan
minyak dan gas swasta di Provinsi Sumatra Selatan, Medco E&P Indonesia. Aku
dan teman sekelas plus seangkatanku, Raufelina Febriama atau lebih dikenal Rara
magang di tempat tersebut. Aku, yang notabene adalah makhluk tak tahu malu,
hanya menumpang magang disana berkat Rara yang memiliki seorang Paman yang
bekerja di perusahaan tersebut. Dan aku, hanya menumpang mulai dari info ada
lowongan untuk magang disana sampai aku berada di perusahaan ini, saat ini.
Mungkin bisa dikatakan bahwa urat maluku sudah tidak ada. Aku menumpang mulai
dari keberangkatan sampai menginap ditempat Paman Rara bahkan aku mendapat
diskon untuk membayar kontrakan. Bukankah aku beruntung? Namun, disatu sisi aku
merasa tidak enak.
Hari
pertama magang, kami berangkat sekitar jam 07.00 pagi dari rumah Paman Rara,
diantar oleh keluarga Rara menuju kontrakan. Kontrakan yang terbilang mewah
bagiku. Kontrakan yang mungkin apabila hanya ada aku sendiri mungkin tidak akan
menyewa tepat itu. Bagaimana tidak mewah? Pertama aku diberitahu harga sewa
perbulannya Rp 1.500.000,- aku kaget? Wah itu sih bisa untuk sewa kontrakanku
di Bengkulu selama setengah bulan. Gilaa..apakah memang semahal itu di
Palembang ini atau memang sesuai fasilitas? Namun, ketika aku sampai di
kontrakan tersebut, aku tidak menyangkal dan tidak menawar lagi harga yang
diberikan. Dengan harga segitu diberi fasilitas pendingan ruangan, bukan kipas
kecil melainkan AC, dengan 2 buah kasur plus dipan yang dilengkapi dengan
spray, selimut dan dua buah bantal. Serta perabotan seperti lemari kayu yang
besar, meja kayu dan tempat dapur. Bahkan, di kamar mandi tersedia alat mandi
shower. Dan lagi closet nya bukan lagi closet jongkok, melainkan closet duduk
seperti di tv.
Aku
berdecak kagum melihat ruangan kontrakan pilihan keluarga Rara. Mungkin jika
aku yang mencari kontrakan, aku akan mencari kontrakan dengan harga
semurah-murahnya. Masalah fasilitas itu bisa dipikir nanti. Aku merasa ciut
lagi ketika itu. Apakah memang aku yang tidak terbiasa dengan hal seperti ini
atau bagaimana? Namun, aku bersyukur berasal dari keluarga yang bisa dibilang
sederhana. Karena jika bukan dari keluarga sederhana, tentu saja aku akan
kesusahan melengkapi hidupku. Satu pelajaran kehidupan yang bisa kudapat dari
sini : sepertinya aku tidak cocok menjadi orang kaya, sederhana adalah gaya
hidupku, tak akan berubah.
Setelah
melihat kontrakan, kami langsung berangkat ke kantor. Disaat itu jam
menunjukkan hampir jam 8. Dan kami sampai di kantor yang jaraknya tidak terlalu
jauh namun melelahkan jika berjalan kaki jam 8 lebih. Kami menuju pos satpam
dan menukarkan kartu identitas berupa KTP dengan kartu identitas pengunjung.
Kami langsung menuju tempat tempat Pak Erdyan, HRD perusahaan tersebut. Ketika
sampai disana, Pak Erdyan tidak ada, sehingga kami harus menunggu. Banyak
pegawai berlalu lalang dan menanyakan apa keperluan kami.
“Cari
siapa, Dik?” tanya seorang pegawai.
“Pak
Erdyan, Pak,” jawab kami.
“O
Pak Erdyannya tidak ada, masih dikantin. Mungkin sebentar lagi kembali,”
Hampir
setengah jam kami menunggu didepan ruangan. Akhirnya Pak HRD datang dan
menyuruh kami masuk.
“Udah
lama ya? Ayo masuk,” Ajak beliau.
Map
berisi berkas-berkas penting kusodorkan pada beliau dan langsun beliau cek
kelengkapannya. Kemudian, kami diperlihatkan sebuah video mengenai perusahaan
tersebut dan beliau pergi meninggalkan kami untuk ganti pakaian. Setiap hari
jumat, seluruh pegawai harus mengikuti senam atau olahraga bersama. Sehingga
pada hari jumat seluruh mahasiswa magang harus mengikuti olahraga juga. Sedikit
lama kami menunggu beliau setelah video tersebut selesai. Dan akhirnya kami di
ajak untuk menemui pembimbing lapangan kami, beliau bernama Rustian
Aquadesianto OH. Sebuah nama yang ilmiah, menurutku.
“Seharusnya
sebelum kalian ke sini, berkas ini dikirimkan ke universitas dulu, baru setelah
itu kalian datang bersama berkas ini,”
Beliau
menjelaskan berbagai peraturan sesuai berkas yang diberikan pada kami perpoint
dan sangat detail menjelaskannya. Bagaimana etika dan tata tertib bagi
mahasiswa magang seperti kmai yang masih bloon. Jadwal kami berada di kantor
adalah mulai pukul 07.00-16.00 dimana dari jam 12.00-13.00 adalah waktu
istirahat. Dan tersedia kantin di perusahaan tersebut. Dalam satu minggu,
weekend hari sabtu-minggu adalah hari libur. Sedangkan jika berada di lapangan,
tidak ada hari libur alias full time to work.
Sampai
di kantor utama, kami diserahkan pada seorang pegawai wanita, berambut panjang
dan ramah, menurutku. Karena pembimbing lapangan sedang sibuk, kami hanya duduk
di tempat salah seorang pegawai yang orangnya tidak ada. Mungkin sekitar setengah
jam kami hanya duduk menunggu tanpa kejelasan. Kemudian datang seorang
bapak-bapak yang ternyata adalah Fac Manager. Kami diajak memasuki ruangan
beliau. Dan diajak berbincang sebentar sebelum pak pembimbing lapangan kami
datang.
Karena
ini baru hari pertama, kami diberi jadwal selama kami magang beserta materi
yang begitu banyak jumlahnya. Kami disuruh membaca sekilas mengenai materi
tersebut. Namun, karena kami tidak membawa perangkat komputer sehingga kami
hanya duduk-duduk kembali ditempat yang tadi. Sungguh membosankan. Namun apa
boleh buat. Kami hanya duduk mengobrol sesuatu hal yang tidak jelas sampai jam
pulang. Dan sialnya lagi, pintu akses keluar hanya bisa terbuka dengan ID card.
Sehingga kami tidak bisa keluar dan masuk sesuka hati, harus menunggu orang
lain lewat. Pak HRD mengatakan pada kami bahwa ada mahasiswa lain yang juga
magang. Dimana mereka memegang satu ID card untuk akses pintu keluar-masuk.
Namun, sampai hari pertama kami magang, kami belum juga bertemu dengan mereka
untuk mendapatkan ID card.
Jam
4 sore kami pulang. Hujan gerimis sedikit lebat mengguyur kota Palembang
sekitar tempat kami bekerja. Bahkan peribahasa yang sudah lama mengakar, sedia
payung sebelum hujan yang memiliki arti pun kami abaikan. Kami pergi tanpa
persiapan apapun. Payung tidak ada, yang ada hanyalah basah kuyup akibat hujan.
Di depan kantor, terdapat alfamart dan kami berbelanja kebutuhan di kontrakan
serta persediaan makanan. Dan akhirnya kami bermalam untuk kali pertama di
kontrakan yang baru.
Ada
sedikit rasa rindu. Rasa rindu terhadap keluarga, ibu, bapak, adik, teman-teman
dekat. Merasa asing berada di tempat orang. Merasa sendiri, padahal aku tidak
sendiri. Ada rasa ingin menangis dan bercerita bahwa sebenarnya aku sedikit
takut berada di sini. Namun inilah keputusanku untuk berada di sini. Mungkin
inilah yang dirasakan oleh orang yang jarang pergi jauh.