Tidak hanya Andrea
Hirata yang memiliki ayah juara nomor 1, aku juga. Aku juga memiliki ayah juara
nomor 1. Pernah, ayah ku melakukan suatu hal dimana itu di lakukan demi aku,
anak pertamanya.
Beberapa minggu yang
lalu, tepatnya saat aku pulang kampung karena status ku saat ini adalah kos
yaitu saat Hari Raya Idul Adha tahun 2013. Aku pulang ke rumah dan kembali
tepat saat hari selasa sore. Aku sudah ada janji dengan Aulia, kalian pasti
tahu dia adalah anak dari ibu Desma guru mata pelajaran bahasa Indonesia saat
SMA. Tentu saja bagi yang satu sekolah dengan ku akan tahu. Kami boncengan. Ada
Yuliyanti juga, dia lah teman satu kamar kos dengan ku. Kami saling kenal dari
saat masa sekolah dasar, SMP, dan SMA bahkan kami kuliah pun kami satu kos.
Kami dekat dari kecil sehingga kami sudah tahu satu sama lain, mulai dari
jeleknya sampai ke yang bagusnya.
Karena kami hampir 1
bulan tidak pulang ke dusun, jadi bawaan kami sangat banyak, mulai dari bahan
makanan, baju dan lainnya. Bawaan kami depan belakang penuh. Kami melaju dengan
santai. Aku ngobrol dengan Aulia. Tepat saat di simpang tugu Polisi Wanita, aku
teringat sesuatu, kunci kos. Ya, kunci kos aku yang bawa dan ternyata lupa
tidak kumasukkan ke dalam tas. Langsung rem ku pijak. Aku berhenti lalu membongkar
tas dan alhasil kunci tak ada di dalam tas. Langsung ku bantig stir, aku belok
memutar arah. Aku mmenyuruh Aulia untuk sms pada bapakku agar bisa mengantar
kunci kos yang letaknya di tempat gantungan baju, ya seingatku kunci ku
gantungkan di tempat itu.
Aku melaju dengan
sangat cepat, benar-benar cepat. Sejauh ini aku belum melihat bapakku. Hingga
jauh kami belum berpapasan. Handphone ku berdering, ternyata ibu ku menelepon
mengatakan bahwa bapakku sudah berangkat mengantar kunci. Hingga jauh, saat aku
melaju capat di hampir srtngah jalan pulang, aku melihat sesosok miri bapakku,
aku klakson berkali-kali. Namun orang itu tetap melaju. Aku berhenti dan
langsung belok arah. Kukejar bapakku, feeling ku mengatakan bahwa itu adalah
bapakku. Aku kejar, namun tidak bisa. Seperti kalian tahu, bapakku adalah
crosser sejati, meskipun umur sudah tua, tapi bapakku tetap lincah dalam
mengendarai motor.
Akhirnya, sampai di
tempat di mana aku berhenti saat pertama kali ingat bahwa kunci kos
ketinggalan. Ya benar, bapakku sudah ada di sana. Gila memang, bapakku bisa
melaju dengan tanpa bisa ku kejar. Akhirnya kami berpisah, aku meneruskan ke
kos dan bapakku pulang. Dalam hati, aku bangga punya bapak seperti dia.
Meskipun awalnya aku sedikit ragu dengan bapakku, namun sekarang aku percaya.
Saat itu lah aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mengecewakan bapakku.
Bapak juara nnomor 1 di dunia.
Dia rela berkorban
untuk mengantar kunci kos padahal saat itu sudah hampir maghrib. Dan sebelum
itu bapakku juga ke Bengkulu tepatnya mengunjungi adik laki-laki ku yang
sekarang berada di pesantren pondok kelapa. Aku juga merasa bodoh, mengapa dulu
aku tidak masuk pesantren padahal kedua orang tua ku memberi kebebasan. Itu lah
aku, bodoh. Jika dulu aku di pesantren, tentu saja aku tidak akan pernah
bertemu dengan kamu, tidak pernah. Dan aku tidak akan pernah sakit hati, hati
ini terlalu sering sajit karena kamu. Namun, terimakasih telah memberi sakit
yang membuat ku belajar dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar