Buku Waktu untuk Tidak Menikah ini ditulis oleh Amanatia Junda. Buku ini merupakan karya pertama Beliau yang saya baca. Buku ini dicetak dan diterbitkan pertama kali pada Oktober 2018 oleh Penerbit Mojok. Buku ini memiliki tebal sekitar 180 halaman. Buku ini memiliki sampul depan berwana biru dengan potret bagian tengkorak seorang perempuan dengan rambut dikuncir kuda yang terlihat sedang berdamai dengan dirinya sendiri. Buku dengan judul Waktu untuk Tidak Menikah ini memiliki ketertarikan tersendiri bagi seorang perempuan yang sudah cukup umur untuk suatu tahap menjadi hamba Allah sempurna, yaitu pernikahan namun memiliki sebuah keraguan untuk menuju jenjang tersebut. Mungkin ilustrasi itu adalah ilustrasi yang paling cocok untuk menggambarkan keadaan dalam cerpen tersebut.
Buku
Waktu untuk Tidak Menikah ini merupakan kumpulan cerpen. Buku ini menyajikan 14
cerita pendek diantaranya yaitu ‘Denyut Merah, Kuning, Kelabu’, ‘Prelude’,
‘Lantai Tiga Beringharjo’,’ Perkara di Kedai Serba-Serbi’, ‘Baru Menjadi Ibu’,
‘Pengintaian’, ‘Waktu untuk Tidak Menikah’, ‘Pada Jarak yang Memisahkan Kami’,
‘Abha’, ‘Sepasang Bulu Mata Merah’, ‘Planet Tanpa Gravitasi’, ‘Meributkan Tanah
Tak Bertuan’, ‘Rinai di Natuna’, dan ‘Pisah Ranjang’. Isi cerpen ini mengandung banyak makna yang
kejadiannya ada diskeitar kita, mulai dari permasalahan sosial seperti dalam
cerpen Sepasang Bulu Mata Merah. Selain itu, juga menceritakan permasalahan
rumit pada diri sendiri. Karena terkadang, permasalahan-pemasalahan yang timbul
dimulai dari permasalahan pada diri sendiri yang memberikan dampak pada
lingkungan sosial sekitar, seperti dalam cerpen Perkara di Kedai Serba-Serbi,
Pisah Ranjang, Lantai Tiga Beringharjo.
Tokoh
dalam cerpen yang disajikan dalam buku ini secara keseluruhan adalah tokoh yang
memiliki karakteristik dan watak yang terdapat pada orang-orang yang bisa kita
jumpai, bahkan mungkin ada beberapa yang bisa jadi terdapat pada diri pembaca
karena cerita dalam cerpen ini seperti relate dengan kehidupan sekitar.
Misalnya seperti dalam Judul Utama cerpen ini, yaitu Nursri. Seorang wanita
yang berumur hampir 30an tahun, dimana sudah mulai dicecar banyak pertanyaan
mengenai kapan menikah. Namun, ia mengalami kebimbangan saat akhirnya ia
menerima lamaran Laksmo, sang kondektur bus. Setelah sebelumnya ia pernah patah hati lantaran
pacarnya yang sesama buruh pabrik selingkuh dengan bakul kutang langganan
Nursri. Disaat kisah cintanya kandas, disaat ibunya mulai mendesaknya untuk
segera menikah, akhirnya ia menerima lamaran Laksmo, namun pada akhirnya dihari
Akad ia mendapat kabar bahwa anak angkatnya jatuh sakit di Timalayah, daerah
pabrik tempat ia bekerja sebelumnya. Sebenarnya Nursri mengalami kebimbangan
batin, dalam hati yang terdalam, ia sadar ia tak cukup mencintai dan menyayangi
Laksmo. Jasadnya memang sedang dirias oleh tukang rias pengantin untuk acara
akadnya, namun hati dan pikirannya melayang jauh. Hingga ia memutuskan untuk
tidak melanjutkan pernikahan itu, karena bisa berakibat fatal jika diteruskan.
Selain
itu, dalam cerpen Perkara di Kedai Serba-Serbi, tokoh utama dalam cerita ini
mengalami gangguan batin atau ingatan. Dimana ternyata ia mengalami lupa
ingatan atas apa yang telah ia lakukan, namun secara tidak sadar ia lupa dan
menganggap perbuatan itu adalah perbuatan tetangga kamar kos sebelah. Ia merasa
jengkel karena tetangga kamar kos sebelah selalu tidak membuang bekas pembalut,
kemudian juga pernah terjadi lupa tidak menyimpan kembali celana dalamnya dan
menginggakkan begitu saja celana dalam itu di kamar mandi umum. Ia mengomel
seharian pada pacarnya, namun usut-punya usut, pacarnya sadar, bahwa
kejadian-kejadian yang diceritakan wanita tu bukanlah tetangga kamar kos
sebelah, melainkan ulahnya sendiri.
Cerpen
lain yang disajikan juga memiliki konflik ringan, sederhana, tidak rumit
seperti Shelock Holmes ataupun Detective Conan. Cerita-cerita itu bak kisah
yang sering kita temui disekitar kita dengn berbagai genre.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar